Pages

Wednesday 30 October 2013

Chapter 2:Enjoy(ELIFLOW)

Dua minggu waktu yang cukup singkat untuk mempelajari sesuatu. Tetapi dengan guru/trainer yang handal saya rasa semua jadi mungkin. Kesempatan training yang diberikan oleh prof adalah belajar Flowcytometry dan ELISA Antibody CMV (too scientific untuk di tulis di blog, ha).

Flowcytometry (Let It Flow)

Sebelum berangkat ke Perth sebetulnya sudah diberi tugas sama prof untuk belajar flow, sambil tanya-tanya ke supervisor jadi pas berangkat tidak dengan otak hampa. Yah paham sekitar 10%, dikit banget yah. Awalnya sempet deg-degan waduh gimana ya paham enggak ya pas dijelasin. Mengingat pas hari pertama di lab sempet agak down setelah gagal speaking dengan baik dan benar pas ikut di kuliah mahasiswa master.
Tapi, Show must go on kan.. sambil meyakinkan dalam hati "Kamu bisa ben, ini kan passionmu!!"
Untuk flow cytometri ini saya mendapatkan mentor yang keren-keren Dino, Nandini dan Sara. Dari Dino dan Nandini saya belajar bagaimana thawing sel, menghitung sel, mempersiapkan flow tubes, dan terakhir menjalankan BD FACS Canto II :). Saya belajar banyak dari mereka mulai dari kompensasi yang lumayan rumit hingga membiasakan diri menjalankan flowcytometer. 

Training Flowcytometri dengan Dino Tan

Setelah flowcytometri selesai tentu saja kita harus bisa menganalisa hasil. Untuk menganalisa hasil flow saya di training oleh Sara. Menjelaskan tentang a-z flowjo, cara pemilihan flourochrome, dan menampilkan hasil menjadi bentuk output data. Alhamdulilah proses belajar flowjo ini berjalan lancar, trainer saya tampaknya senang karena bisa dengan cepat paham :). FYI untuk flow ini saya sudah belajar sejak 3 bulan sebelum keberangkatan ternyata proses belajar mandiri itu tidak sia-sia. Dapet kenang-kenangan dari trainer katanya biar saya ga lupa sama dia. 

Penampakan Flowjo dan Si kangguru dari Sara... 
ELISA 
Untuk ELISA saya berangkat dari nol, ya benar-benar dari nol. Terakhir kali melakukan ELISA ya pas kuliah S1 praktikum FH pun praktikumnya berjamaah. Sepertinya saya bertemu orang yang tepat, Silvia Lee. Dengan sabar saya diajari proses-proses elisa mulai coating, blocking, washing, memasukkan enzim, stop solution, membaca hasil di elisa reader dan menganalisis hasil. Ternyata seru juga setelah kita ngerti secara mendalam kenapa tiap step tersebut dilakukan. Sebenarnya pada saat praktek saya tidak pernah dijelaskan tentang apa fungsi tiap-tiap step, tapi tugas essay-nya itu lho yang bikin saya belajar secara serius. Nah saat kita mengerjakan essay lalu kita berikan ke trainer. Lalu dikoreksi "Benar-benar dikoreksi" lagi-lagi saya terkagum-kagum dengan sistem pembelajaran disini. Secara tidak langsung saya langsung ngerti apalagi ditambah sesi diskusi secara personal. Dua jempol untuk sistem pedidikan di Aussie. 
Bukannya meremekan sistem di Indonesia, tetapi saya merasakan bagaimana terjadi "Knowledge" transfer disini, sementara di Indonesia yang terjadi adalah "Information" transfer. Menurut saya knowledge dan information itu beda. Kita kuliah sebenarnya kita memperkaya informasi, lalu dengan informasi tersebut kita melakukan aksi bisa riset atau bisa juga praktikum. Setelah melakukan aksi maka kita akan mempunyai pengalaman/Experience. Informasi yang telah dipraktekan dengan sendirinya akan bertransformasi menjadi "Knowledge".

Lembur Essay gan, di tengah Dinginnya musim dingin di Perth klo malem bisa sampe 4 derajat Celsius. 
Hingga saat ini saya masih berkomunikasi dengan Silvia untuk memantapkan ELISA kami di IHVCB. Banyak kendala yang dihadapi, tapi dengan bekal "Knowledge" tadi saya akan sangat menikmati proses tersebut.

Training di Perth sangat berkesan bagi saya, kenapa?
Pertama, saya ketemu para peneliti profesional dengan jumlah publikasi yang banyak di jurnal internasional pula. Tentu saja itu sangat memotivasi.
Dua, saya jadi paham apa sih yang dicari dari proses belajar itu. Knowledge itu yang dicari, pada akhirnya nanti knowledge akan mengantarkan kita ke tingkat yang lebih tinggi yaitu kebijaksanaan/ wisdom. Itulah kenapa semboyan UWA itu "Seek Wisdom" <--- agak sok tau.
Tiga, Saya mengerti apasih goal project kami di Jakarta. 
Empat, sebagai sarana bercermin sejauh mana saya melangkah. Jadi tahu apa yang harus dilakukan jika ingin meraih PhD.

Perth, kota di barat benua Australia saya menyebutnya "The land of Dream". Bukan akhir namun awal untuk mimpi saya selanjutnya.
Terimakasih Prof.Tricia, Silvia, Dino, Sara, & Nandini..
Just Ibn