Pages

Monday 31 December 2012

Bidadari Rahmatan lil Alamin



Di penghujung malam engkau datang,
Tiiba-tiba saja mengajak berbicara,
Bertanya beberapa hal,
Tentu saja bukan tentang kita,

Hanya,
Aku kembali menemukan rasa,
Saat engkau mendengar dengan seksama,
Wajahmu dengan mata yang sangat antusias,
dan Senyum yang selalu mengembang,
Lega dan melegakan..
Rasa yang beberapa hari lalu kupinta pada Tuhan,
Kenapa kepadamu kutemukan lagi?

Ijinkanlah aku untuk bersyukur pada Tuhanku,
Atas anugerah yang tak terkira,
Dan Doa-ku untukmu,
Untuk angan dan cita-citamu yang mulia,
Teruslah melaju wahai bidadari..

Aku bangga pernah mengenalmu,
Wahai, Bidadari Rahmatan lil Alalmin...

Teh Hangat



Masih teringat saat itu tergopoh,
Sepulang dari kampus seperti biasa,
Membawa seabrek pikiran yang belum tuntas,
Skripsi.. organisasi.. penat.. dan lelah..

Saat itu engkau berkata, mau minum apa?
Kujawab seadanya "Teh, buk"

Teh hangat yang menenangkan,
Melumerkan semua gundah gulana,
yang tersisa hannya kelegaan..
Teh hangatmu menenangkan hariku,
Sebuah momen di 1 november 2011 lalu,

Saat kemarin pulang ke kotamu,
Teh hangat yang sama engkau berikan,
Dengan kehangatan yang sama,
Rasa yang sama,
Terimakasih ibu...

Monday 24 December 2012

Sebut Saja Passion

Berbicara tentang penelitian atau riset menurut saya “feel” atau “rasa” itu sangat penting. Meskipun pengalaman riset saya masih minim tetapi pengalaman pas mengerjakan skripsi menjadi sebuah pembelajaran penting. Penelitian skripsi dulu sangat berkesan bagaimana perjuangan cari judul, cari dana riset, bikin proposal hibah, dibantai 3 profesor dan pada akhirnya lolos hibah. Sungguh pengalaman yang menyenangkan berasa jatuh bangunnya, dan memang begitulah dunia penelitian yang nyata.Sebagai mahasiswa kita biasanya tinggal terima jadi project yang diperjuangkan dosen.

Tetapi sungguh beruntung saya pernah merasakan itu.Di balik itu semua saya merasakan lebih beruntung lagi karena mendapatkan dosen yang baik, dalam artian selalu mendukung mahasiswa yang kesulitan. Masih sangat segar dalam ingatan saat dulu datang ke dosen hanya dengan sebuah ide. Saat itu tidak ada yang percaya tentang ide riset yang saya usulkan, bahkan saya sempat ditolak beberapa dosen karena beliau-beliau kelebihan kuota dan ada juga yang terus terang menolak karena bukan bidangnya.Saat itulah saya merasa hampir kehilangan harapan, sempat bingung juga.

Saat itulah saya ketemu dengan mbDaning, dosen yang memberikan jalan untuk saya buat bikin proposal.“Proposal versi 1” dibuat hanya dalam satu malam, cerita-nya “proposal satu malam” dibantu oleh teman-teman mahasiswa yang mau dijadikan anggota tim ada Andi, Erly dan Luthfi. Proposal versi 1 inilah yang dibantai oleh 3 profesor dalam presentasi hibah Tp3f waktu itu, dan memang pada kenyataannya kami belum siap masih banyak lubang disana-sini. Selanjutnya masukan para profesor itu kami kumpulkan dan kamu susun menjadi “Proposal versi 2”.Proposal versi 2 akhirnya kami ikutkan ke dalam hibah mahasiswa UGM 2011, alhamdulillah lolos.Di saat bersamaan mbak Daning juga memasukkan proposal tersebut ke dalam Hibah Dosen Muda dengan judul yang lebih mendalam ke histologi, alhamdulillah juga lolos. Dari hibah ini maka bisa dilaksanakan  penelitian yang bisa digunakan oleh teman-teman untuk seminar dan skripsi. Saat ini sedang menunggu review untuk publikasi Nasional di jurnal Biota sebagai syarat output untuk hibah dosen muda. Untuk hibah mahasiswa syarat output adalah dimasukkan di PKM –AI, kabar terakhir dari Andi dan Erly kami lolos.

Namun, di saat bersamaan saya juga mendengar kabar bahwa hasil identifikasi sponge saya dan andi harus di kroscek lagi. Beberapa hari sempat merasa was-was, “waduh” tetapi setelah mengirim email ke mbDaning jadi lega. Beliau menjawab bahwa “serahkan sama anak-anak yang di sini aja..Ibnu fokus aja dengan yang dikerjakan sekarang”. Wah, terimakasih mbdaning :D, jadi lega.

Bagaimanapun juga meskipun penelitian spons itu hampir selesai, dan saya sudah purna tugas. Riset spons itu berangkat proses yang panjang, perjuangan yang tidak gampang dan waktu yang cukup lama. Tetapi dari situ saya merasa mendapat “feel” penelitian, mulai ide, mencari dana, running riset, laporan dan publikasi. Semoga penelitian itu bisa jadi publikasi jurnal nasional pertama saya, mau author ke berapa tidak jadi masalah.

Kini..
Setelah lulus bulan mei lalu, akhirnya saya bekerja sebagai asisten peneliti di IHVCB. Sampai saat ini alhamdulillah masih diberi jalan untuk bekerja di bidang riset. Sebuah jalan yang memang saya cita-citakan setelah lulus kuliah “Menjadi Peneliti!”:D. Sebuah pekerjaan yang sebenarnya tugasnya terus belajar dan mengamalkan ilmu yang didapat. Dalam hemat saya menjadi peneliti itu hakikatnya “memberi untuk orang lain”. Bagaimana bisa? Sekarang bayangkan saat kita mempelajari sesuatu kemudian mendapatkan jawaban akan suatu hal untuk siapa jawaban itu. Tentu saja tidak cukup jawaban itu untuk kepuasan pribadi, jawaban itu akan sangat bermakna untuk orang yang membutuhkan.

Saat ini saya bekerja untuk riset di bidang biomedik khususnya pada bidang imunologi, kenyataan yang baru bisa saya pahami setelah 3 bulan bekerja. Setelah awal Desember lalu “Prof” head project saya datang langsung dari Australia. Dalam tim riset saya adalah satu-satunya S-1 diantara para calon doktor dan satu orang profesor. Diantara calon doktor tersebut salah satunya adalah supervisor saya. Supervisor yang sangat baik, selalu sabar menjelaskan dengan perlahan apa yang belum saya pahami dan menjawab pertanyaan-pertanyaan saya, terimakasih bu Henny.
Selama di Indonesia saya banyak belajar dari “prof” yang tidak mau dipanggil prof. Beliau lebih suka dipanggil namanya. Mulai hari pertama beliau banyak menjelaskan tentang detail project, tentang prospek untuk saya saat bergabung dengan project, dan tugas saya sebagai RA (Research Assistant). Saya benar-benar menjadi paham, ditambah lagi mendapat penjelasan langsung tentang project dan latar belakang nya dari sisi imunologi.Selama seminggu saya mendapat tugas tambahan menjemput beliau, dan mengantar ke meeting point, jadi saya punya kesempatan lebih banyak belajar dari beliau. Pernah saya tanya “how many your publication?” beliau menjawab “about 1100 paper”. Di kesempatan lain beliau juga bercerita tentang perjuangan untuk memperoleh dana riset, dari 10 aplikasi biasanya yang diterima satu proposal untuk satu project riset.
Yang menyenangkan adalah beliau juga memberikan materi dan pemahaman tentang imunologi kesempatan langka dibimbing sama prof kan, saat saya nulis postingan ini saya masih berkutat dengan jurnal imun, hehe. Bagaimana tentang teknik laboratorium?Beliau sempat menunggui di belakang saya melihat saya mengerjakan sampel. Saat itu saya sangat nervous, haha..sampai-sampai saat sentrifugasi ada tube yang ketinggalan :P. Tetapi beliau tetap santai seakan mengerti sambil memberi saran-saran yang sangat tepat. Prof adalah guru yang hebat, saya harus mengakui itu. Dan saat beliau mau pulang, sempat ngasih amplop tulisannya,

“This is a bonus for hard work. I believe that you can do good work for the Project”, Tricia

Langsung mak “deg”, kalo boleh flash backtak terhitung berapa email saya yang ditolak oleh para profesor pas mau daftar beasiswa ADS, termasuk oleh prof asal Jerman yang saya temui di Kuala Lumpur dulu. Jawaban kesekian yang terjawab, akhirnya saya dapat profesor. :D

The good news is I am already getting the passion on this research… I hope I will learn a lot of things, and will be the first step to publish a paper in the International journal…


Dan kini sedang mempersiapkan semuanya untuk memulai project… Bismillahirrohmanirrohim, semoga dimudahkan dan dilancarkan..


UWA web page: http://www.pathology.uwa.edu.au/research/immunology/hiv-asia/indonesia

Saturday 1 December 2012

Handim, Pisim, Yandim

Whirling Darvish
Tidak ada kebetulan yang kebetulan, sebuah kalimat yang muncul di awal-awal buku yang saya baca. Sebuah buku yang memang saya suka, berisi pengalaman perjalanan ke Turki. Ditulis oleh mbak Najmar seorang alumni CRCS, UGM. Sebuah kebetulan juga saya menemukan bukunya ditengah ratusan buku obral berharga miring di gramedia. Saat itu akhirnya saya membeli 4 buku, Buku Finding Rumi, Sunan Kalijaga, Arsitektur masjid dan satunya lagi an illustrated guide to the lost symbol (yang terakhir tak beli karena full color, hehe).
Oke untuk buku mbak najmar ini saya sangat terkesan dengan cerita di dalam buku. Serasa ikut berpetualang backpackeran keliling turki dari Ankara, menuju Konya hingga ke Istanbul. Bisa dibayangkan seakan kita diajak keliling turki, ikut merasakan bagaimana diagungkannya Kemal Attaturk sebagai tokoh revolusi. Saat di Konya serasa diajak keliling makam Jallaludin Rumi, sambil mendengarkan suara Ney (alat musik khas turki yang bentuknya mirip seruling), digunakan dalam prosesi "Whirling Darvish". Konon alat musik ini mampu menggambarkan rasa cinta yang mendalam serta kepedihan yang dirasakan rumi ya perjalanan menemukan hakikat cinta sejati. Sang pecinta yang dicinta tuhan begitu kata mbak najma. Rumi adalah seseorang yang telah menemukan hakikat cinta tertinggi yaitu cinta kepada Alloh SWT. Melalui sufisme.
Setelah itu kita diajak keliling Istanbul menjumpai bangunan legendaris saksi bisu penaklukan Turki Utsmani atas konstantinopel, Hagia sophia atau Ayasofia yang berhadapan langsung dengan Blue Mosque yang dibangun Sultan Ahmet II untuk menandingi kemegahan Ayasofia. Yang paling berkesan di Istanbul adalah Istana Topkapi disana tersimpan bukti sejarah besar umat islam, barang-barang peninggalan Rasullulah tersimpan disana. Selain pedang juga tersimpan helai rambut nabi Muhammad SAW.
Ney menjadi simbol spiritualitas karena mampu menampung filosofi spiritualitas manusia menuju kesempurnaan dan mewakili kerinduan manusia kepada Tuhan. Dalam sudut pandang sufi esensi manusia berasal dari ruh Tuhan, lalu menciptakan Adam, Ia meniupkan ruh-Nya sendiri ke dalam diri Adam. Demikian juga Ney harus dipotong dahulu dipisahkan dari buluh induknya, lalu dijemur, dibakar, dan kemudian dilubangi. Manusia juga mengalami kepedihan yang sama selama hidupnya. Manusia terpisah dari tuhan lalu mengalami berbagai terpaan hidup sebelum menjadi pribadi yang matang. Untuk soal Ney saya tulis persis di buku, hehe. Perjalanan ini tergambar sempurnya dalam syair Rumi yang paling terkenal,

"Handim, Pisim, Yandim".artinya "I was Raw, Cooked and Burned" -Jallaludin Rumi
Buku ini secara tersirat semacam jurnal perjalanan spiritual menemukan Rumi. Sebagai pole of love yang mengundang orang dari seluruh dunia datang ke Konya. Sebuah pesan merangkum perjalanan spiritualitas yaitu keterbukaan dan penerimaan sebagai kedua pintu terbukanya cinta. Hmm.. saya juga tidak terlalu ngerti makna istilah ini. Intinya keterbukaan dan penerimaan adalah satu, kita tidak mungkin bisa terbuka jika kita tidak mampu menerima diri kita secara utuh lengkap dengan keburukan-keburukannya. Mungkin dengan kita menerima dengan ikhlas diri kita, jalan menuju cinta akan terbuka. Cinta pada Alloh SWT yang utama dan tertinggi, bukankah diri kita ini adalah ciptaan-Nya. Menerima sepenuhnya ciptaan-Nya adalah juga bentuk Cinta. Yup, cinta adalah suatu sikap untuk menerima apa adanya maka jika itu sudah dilakukan maka jalan menuju cinta akan terbuka.
Sekarang negeri berkabut yang selalu menjadi simbol islam dimana-mana itu sedikit tersibak, memang kita wajib napak tilas peninggalan-peninggalan Islam. Karena disanalah banyak kearifan tersimpan. Negeri yang dahulu sangat superior Turki Ustmani atau Turki Ottoman.
Dan lagi terlepas sufisme di tengah pendapat banyak orang yang menilai bukan ranah saya menyatakan sufi itu positif atau negatif, yang jelas ia adalah salah satu jalan seorang hamba menemukan Tuhan. Jalan para pecinta menemukan yang paling dicinta siapa lagi kalau bukan Alloh SWT.


Dari buku:


Sumber gambar: ini