Pages

Wednesday 12 August 2015

Biosimilar dan Era Three Omics

Essay yang saya submit ke Novartis biocamp tapi belum lolos,
Just Feel Free to read, copy, growing ideas etc...

Berawal dari latar belakang Indonesia sebagai negara maritim, tentu saja banyak sumber daya termasuk senyawa bioaktif yang potensial untuk dikembangkan. Salah satu senyawa bioaktif yang potensial untuk dikembangkan adalah yang berupa protein. Dengan adanya konsep Three omics yaitu Genomic (DNA), Proteomic (Protein) dan Metabolomic (metabolit protein dari fungsi biologis yang dijalankan oleh protein). Maka saat ditemukan senyawa protein yang potensial sebagai anticancer kini tidak perlu lagi terus-menerus mengambil dari alam. Berkat adanya teknologi sekuensing, kita bisa mengetahui whole genome (keseluruhan materi genetik) suatu organisme, Nah dari urutan asam amino ini melalui biosintetik dapat diproduksi protein sejenis secara biosintetik menggunakan teknik molecular cloning. DNA yang mengkode protein potensial tersebut disisipkan ke host dengan bantuan vektor (plasmid yang membawa DNA). Setelah DNA berhasil masuk ke host ia akan meng-ekspresikan protein yang dimaksud.

Biosimilar sendiri adalah suatu senyawa yang memiliki bentuk, fungsi dan efektifitas sama dengan lead compund. Definisi dari FDA Amerika menjelaskan bahwa lead compund ini adalah suatu senyawa komersial yang sudah dipatenkan sebelumnya dan sudah terbukti efektif secara klinis. Hingga kini regulasi biosimilar sendiri masih dalam perdebatan di beberapa negara. Baru USA yang sudah mengijinkan penerapan biosimilar ini. Sementara Uni Eropa sedang mempertimbangkan, Indonesia ndak tahu masih sibuk sama politik nanti cuma beli paling.

Kabar baiknya dalam tahun ini banyak obat-obatan yang patennya habis. Maka perusahaan lain bebas untuk membuat senyawa baru dengan kualitas dan efektifitas sama tanpa perlu membayar royalti.   

Salah satu obat kanker potensial yang kini banyak diteliti karena kemampuannya memicu apoptosis spesifik hanya pada sel kanker saja adalah Apoptin yang diisolasi dari CAV (Chicken anemia virus). Saya mendapatkan informasi ini melalui sebuah seminar tentang kanker di UNS waktu jaman S1 doeloe.

Idenya adalah mencari senyawa aktif yang potensial sebagai apoptotic inducer setara apoptin, lalu langsung diaplikasikan dengan biosimilar. Tentu saja masih banyak kelemahan dalam ide yang saya sampaikan makanya saya upload di blog :P Terutama dari sisi biaya apabila diterapkan. Seperti yang kita tahu bahwa drug discovery perlu waktu dan dana yang tidak sedikit sampai bisa dijual. Tentu saja harus melewai clinical trial. 


Cancer Stem Cell, Fisika Medis dan Inspirasi dari Pak Roger Price



Di sebuah laboratorium fisika medis di Sir Charles Gardner Hospital, sore itu saya diajak berkunjung oleh pak Roger Price. Seorang peneliti fisika medis yang juga merupakan adjunct Profesor di UWA. Kami lalu masuk ke ruang kuliah. Sambil menjelaskan beliau menggambarkan ilustrasi dengan board marker dengan antusiasme tinggi. Penjelasan tentang apa yang dikerjakan selama ini.

Pak Roger menjelaskan tentang aplikasi fisika dalam penaganan pasien kanker. Saya belajar banyak istilah baru dalam bidang tersebut. seperti PET (Positron emission tomography–computed tomography), heavy water, dan 18F (Fluodeoxyglucose). PET adalah alat yang merupakan kombinasi antara MRI dan CT-Scan berfungsi untuk melihat profil dua atau tiga dimensi dari 18F. Nah 18F diinjeksi ke pasien, agar tidak radioaktif maka 18F diproduksi dengan heavy water dengan mesin Cyclotron

Produksi 18F dengan cyclotron tidak dapat dihasilkan tanpa heavy water. Heavy water berbeda dengan air biasa yaitu H2O, dimana memiliki 2 elektron dan 16 proton. Heavy water memiliki 2 elektron dan 18 proton. Konon heavy water ini diimpor khusus dari Israel, karena si HW hanya diperoleh dari dasar laut mati. Mekanisme "proton bombardment" dari 18O dalam heavy water menyebabkan terjadinya reaksi (p,n) atau sering disebut juga knocked out reaction. Maka dihasilkan 18-F ion negative di dalam air yang memiliki waktu paruh 109.8 menit.  


18F adalah glukosa analog, jika di injeksi ke dalam tubuh maka akan segera digunakan oleh sel-sel yang membutuhkan. Sel kanker adalah sel yang sangat rakus untuk menunjang pertumbuhannya yang abnormal. Setelah dipakai oleh sel terjadi fosforilasi sehingga glukosa tidak dilepaskan kembali dari sel. Begitu ia diserap  maka 18F yang tadinya berikatan dengan -OH akan terus ada sampai terjadinya radiaoactive decay. Hasilnya distribusi 18F dapat menunjukkan distribusi glukosa dan fosforilasi sel di dalam tubuh. Sebagai catatan karena sel kanker paling banyak butuh glukosa maka nanti saat tubuh pasien diperiksa di PET Scanner akan kelihatan bagian mana dari tubuh si pasien yang merupakan sel kanker. Ternyata di dalam suatu populasi sel kanker ada yang bernama Cancer Stem Cell (CSC). Si CSC ini memang terkenal bandel dan resisten terhadap kemoterapi dan radiasi. 

Kemudian pak Roger bercerita beliau bekerja bertahun-tahun meskipun dia sudah tahu bagian mana yang merupakan kanker lalu diberikan terapi radiasi. Beberapa pasien kembali lagi untuk diterapi. Lalu dia menuis kata besar sambil di garis bawah BORING!. Digambar lah diagram venn berjudul Experimental Oncology, sekitar 60% diberi nama Flowcytometry (Ibnu), 10 % (radioactivity) bidang yang beliau geluti, dan sekita 30% (bidang lain). Intinya dengan teknologi Flowcytometry (FC) kita dapat mempelajari identitas sel secara mendalam. Seperti orang yang punya KTP, maka dengan FC maka identitas sel dapat diketahui termasuk CSC. Jadi CSC sebagai sebuah tori jika terbukti benar dan dijadikan target terapi kanker maka harapan pasien untuk sembuh menjadi sangat mungkin. 

Pak Roger lalu bilang "Saya yakin di generasi mu nanti masalah kanker ini akan terselesaikan". Anak muda mana yang tidak terbakar semangatnya bagaikan diserahi tongkat estafet untuk melanjutkan lari menuju garis finish. Dalam hati saya sangat terbakar waktu itu jadi pengan segera ke lab untuk neliti CSC. Siapapun yang membaca artikel ini dan sedang riset tentang kanker ini PR generasi kita. Sebuah momen yang membuat saya tetap istiqomah di sini, belajar lagi-dan lagi tentang flowcytometry sambil nyambi kuliah. 

Pak Roger Price Bersama Cyclotronnya...

Ditulis hampir setahun setelah kunjungan ke Perth, mumpung kuliah biomedik belum mulai...

Just Ibn