Pages

Sunday 26 April 2015

Renungan


Tidak terasa sudah 2 tahun lebih tinggal di bagian lain pulau jawa ini yang sebagian warganya tidak mengerti bahwasannya kota ini di pulau Jawa, Soalnya mereka pasti nanya abis pulang dari jawa ya? Batin saya, Gundulmu padakmen Jakarta ki po ora neng jowo.. Haha.. 

Kota ini menjadi tempat hijrah saya untuk mengejar cita-cita. Tempat yang mengijinkan saya terus menjadi orang bodoh yang terus belajar dan berproses. Rasa syukur karena berada di kawah candradimuka bernama Universitas Indonesia untuk menempuh jenjang S2. Jikalau di UGM saya banyak belajar tentang Biologi hingga mengenal mahluk-mahluk unik sekeren porifera itulah muara ilmu. Kini pencarian hampir sampai pada hulu ilmu-ilmu itu yaitu aplikasi ilmu untuk kesehatan manusia. Mulai dari awal mengenal aplikasi biologi untuk kedokteran, sebuah kepuasan intelektual yang selama ini saya cari semenjak kuliah. Ilmu yang bermanfaat untuk sesama. 


Menjalani dua peran sebagai mahasiswa sekaligus bekerja ibarat mengemban dua kewajiban dalam satu waktu, saya bersyukur karena keduanya berjalan selaras. Meski harus bekerja dan belajar ekstra untuk mendapat nilai bagus itulah arti dari sebuah perjuangan kan. 

Selain itu akhir-akhir ini juga mendapat kesempatan pergi ke benua lain, Australia. Pengalaman tak ternilai kala mengenal budaya yang berbeda, sikap, kedisiplinan dan bagaimana mereka mengejar kesempurnaan. Membuka paradigma baru bagaimana menjadi pribadi yang siap bersaing secara global di bidang sains. 

Yang tidak dapat lepas dari suatu tempat adalah orang-orangnya. Saya beruntung berada di laboratorium yang kondusif untuk berkembang. Banyak bertemu orang-orang pintar yang punya ambisi tinggi mengerjar mimpi mereka. Dari para peneliti senior saya juga belajar tentang riset hidup dan kehidupan itu sendiri. Bagaimana menjalankan sebuah lab, belum sempurna memang tapi jadi punya bayangan itu tidaklah mudah. 

Teman-teman dekat saya datang dan pergi silih berganti, memberikan kesan dan pembelajaran. Mereka pergi untuk satu tujuan. Teman adalah mereka yang bertemu secara kebetulan karena punya tujuan sama dalam dimensi tempat dan waktu yang sama. Diantara mereka ada sahabat yang punya keterikatan melewati batas dimensi ruang dan waktu dimanapun mereka berada. Jika beruntung saya akan menemukan pendamping hidup yang punya keterikatan melebihi batas dimensi dan emosional sebut saja cinta. Yup, apa arti hidup tanpa mereka. Mereka memberikan warna terutama saat kita menjadi orang yang berarti dalam hidup seseorang. Atau pun kegetiran dan kepahitan yang justru mendewasakan. 

Awalnya saya bingung sudah sejauh manakah saya melangkah, tulisan ini sendiri adalah wadah refleksi. Di umur yang bertambah saya ingat satu pesan saat kamu tidak bisa bersyukur lihatlah dirimu beberapa tahun ke belakang. 

Terimakasih ya Rabb atas limpahan rahmat dan karuniamu.. 
Mengutip Surat Ar-Rahman 31 "Fa-biayyi alaa'i Rabbi kuma tukadzdzi ban" Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan. 

Dan cara terbaik untuk bersuyukur adalah melakukan yang terbaik hari ini, jam ini dan menit ini. Satu hal yang sering terlewatkan.

Carpe diem