Pages

Tuesday 21 July 2015

Kapan?

Pagi ini mendapat kabar dari grup WA KKN Kanigoro 2011, mendapatkan berita duka salah satu teman kami meninggal dunia di usia sangat muda. Menjadi teman ke dua di satu unit yang lebih dulu menghadap ke hadirat-Nya. Sebenarnya kedua peristiwa tersebut menjadi pengingat paling dekat bahwa umur adalah kesempatan dengan batas waktu. Tidak ada yang tau kapan kita akan dijemput ajal. Inilah pertanyaan yang lebih urgent dibanding pertanyaan kapan nikah di momen lebaran. 

Kapan akhir umur kita? Tidak ada yang tahu kecuali Dia sang pemilik mahluk di bumi. Saya khawatir bahwa di ujung usia nanti 

apakah saya sudah mengerti tujuan hidup ini? 
apakah untuk mengerjar surga dan menjauhi neraka?
apakah shalat, puasa, dan ibadah lainnya sudah mampu menghantarkan pada kelurusan akhlaq?
apakah semua orang yang pernah saya sakiti sudah memaafkan? 

Saya tidak bisa bohong bahwa sebagai manusia ketakutan pasti ada apalagi masuk ke dalah ruang gelap 2x1.5 meter. 

Dalam buku Komarudin Hidayat "Psikologi Kematian" dijelaskan bagaimana cara mengelola ketakutan menghadapi kematian menjadi semangat untuk hidup abadi. Hidup abadi adalah tetap memberikan manfaat bagi orang lain meskipun sudah mati. Karya, tulisan, penemuan tetap hidup, menginspirasi dan memudahkan generasi selanjutnya.

Sejalan dengan yang dilakukan orang-orang barat, kenapa mereka bisa sangat maju meskipun sebagian besar atheis. Itu karena mereka sadar hidup abadi artinya selalu dikenang meskipun mereka telah tiada. Hasil karya Edison, Einstein, Faraday, dan para penemu hebat terus kita pakai hingga detik ini. Karya mereka abadi dan manfaatnya bisa dirasakan umat manusia. Sayang pemahaman akal mereka belum sampai pada hakikat sang pencipta alam semesta yang menciptakan semua fenomena yang mereka ciptakan. Dalam batasan saya tidak tahu dan tidak berhak menilai apakah amal ibadah mereka diterima atau tidak, itu adalah hak prerogatif Tuhan.

Tujuan hidup ini adalah untuk beribadah kepada Alloh, namun sebaiknya tidak difahami secara tekstual saja. Shalat, puasa dan aktivitas ibadah fisik pada hakikatnya menghantarkan pada kelurusan akhlaq dan menjadi orang yang mampu memberikan manfaat bagi orang banyak. Manfaat diri bagi orang lain adalah pemenuhan kewajiban manusia sebagai Rahmatan Lil Alamin, setidaknya itu yang selama ini saya fahami.

Jadi saat ditanya kapan nikah selama lebaran ini, justru saya terpanggil dan seacara alam bawah sadar lebih takut kapan mati? Karena sudah sadar umur sudah mendekati kepala 3 beberapa tahun lagi.

Tugas  manusia adalah menjadi orang yang bermanfaat bagi diri sendiri, lalu di dalam keluarga, setelah itu baru membangun keluarga sendiri, bagi lingkungan sekitar, lingkungan kerja, negara dan dunia dimana umat manusia berada.

Saya percaya bahwa semua pasti berjodoh kebaikan akan berjodoh dengan kebaikan dan sebaliknya.. Amal yang diterima, Surga atau Neraka  adalah hak prerogatif Alloh SWT. Semua yang dilakukan di dunia ini adalah dalam rangka meraih ridho-Nya.

Selamat jalan kawan, semoga amal ibadahmu diterima dan diberikan tempat terbaik di sisi-Nya.


Just Ibn