Pages

Saturday 7 December 2013

Chapter 3: Ahkir minggu gowes dan mlampah-mlampah (1)

Hari jumat berlalu, seminggu yang penuh perjuangan berganti sabtu it means weeeeeeeekendd. Adrenalin berpetualang sudah mulai naik. Bak pucuk dicinta ulampun tiba, dapet pinjeman sepeda dari Prof. Disuruh jalan-jalan sendiri naik sepeda katanya "You can explore Perth with bicycle" yeah Ibn the explorer in Perth. 

Gowes ke UWA & Kings Park
Wintroph Hall
Jujur saya kurang yakin tanpa google map gowes di kota yang sama sekali belum saya kenal. Berbekal buku panduan wisata yang ada petanya (ga detail petanya) akhirnya saya memberanikan diri untuk gowes. Tujuan pertama adalah kampus UWA, Sebenernya  laboratorium tempat saya training termasuk UWA tapi letaknya di pusat kota. Suasana kampus UWA ini adem nyaman, sejuk, indah deh pokoknya. Itu pendapat subjektif orang yang sudah kesengsem pengen studi disini. Landmark yang paling terkenal ya Wintroph Hall, kata temen saya bangunan ini sangat fotogenik. Kabarnya kalau ada orang yang menikah pasti menyempatkan foto disini. Jadi pengen #eh salah fokus.
Oh iya di bangunan ini juga ada mushola-nya lho, ya tempat mahasiswa/wi muslim berkumpul dan juga sholat berjamaah. Pernah ngerasain solat disini sekali, tentu saja jamaahnya beragam dari berbagai bangsa. Tidak lupa saya berdoa sama Alloh SWT biar bisa foto pake toga disini :).
Lalu duduk beberapa lama di tangga di depan gedung ini sambil ngeliatin agak lama. Merekam suasana dan atmosfer yang ada secara mendetail. Jadi suatu saat nanti jika lelah, capek, kesepian, gundah, khawatir maka tinggal memejamkan mata membayangkan momen itu di depan Wintroph Hall.



Kings Park Botanical Garden
Setelah puas memandangi Wintroph hall, pedal sepeda kembali saya pancal kali ini menuju Kings Park. Konon tempat ini merupakan salah satu tempat yang populer dikunjungi wisatawan, sekitar 5 juta pengunjung per tahun. Merupakan salah satu taman di dalam kota terbesar di dunia. Dari taman ini kita dapat melihat panorama kota Perth, Swan river dan Darling range.. 
Berikut panorama swan river yang tampak dari kings park, tampak lebih indah di malam hari..




Selain itu juga terdapat tanaman-tanaman asli Australia, sayang sekali saya tidak sempat melihat satu persatu. Maklum terlalu luas untuk ngamatin tiap tanaman satu-satu. Sepintas tidak jauh berbeda dengan flora di Indonesia.



Fremantle
FREO!! teriakan-teriakan itu terdengar saat melangkah di masuk ke Freemantle selepas keluar dari Stasiun kereta. Kala itu naik kereta dari Karrakatta lalu turun Fremantle. Hmm.. transperth lumayan memudahkan. Kalau diibaratkan Jakarta Freemantle ini mirip kota tua banyak bangunan-bangunan bersejarah disini. Ada beberapa lokasi yang berasil saya kunjungi yaitu Shipwreck Museum dan Maritimme Museum.. Sambil menikmati suasana Fremantle modal jeprat-jepret kalo ada hal yang menarik.

Shipwreck Museum
Saya kagum dengan museum ini, semua koleksi ditata dengan rapi. Saat masuk ke museum ini dapet feelnya serasa kembali ke masa lalu. Ada dua hal yang menarik peratian saya yaitu sebuah mesin kapal yang telah karam ratusan tahun bisa direkonstruksi kembali. Tentu saja setelah direkonstruksi mesin tersebut masi bisa berfungsi. Yang kedua adalah kapal bernama Batavia, Profesor saya selalu menyebutkan tentang ini. Bahwa Indonesia dan Perth memiliki keterikatan sejarah. Kisah tentang kapal Batavia milik VOC yang karam di pantai barat Australia pada tahun 1929. Banyak intrik yang terjadi dalam peristiwa ini selengkapnya bisa baca disini.
Salah satu muatan kapal adalah batu bata yang dibawa langsung dari Belanda. Batu bata ini dibawa ke Jakarta (Dulu Batavia) untuk membangun kantor-kantor pemerintahan VOC. Mungkin saja batu bata yang dibawa menjadi pondasi bangunan-bangunan di Kota Tua, Jakarta.
Shipwreck Museum


Batavia

Maritime Museum
Museum kedua yang saya kunjungi adalah museum maritim. Jika shipwreck museum menyuguhkan nostalgia masa lalu maka museum ini lebih menampilkan perkembangan perkapalan di Australia. Mulai jenis-jenis alat tangkap ikan, jenis kapal hingga kisah sukses tim Australia menjuarai American Cup (Kompertisi Sailing paling prestise). Di sini dibeberkan rahasia sukses tim Aussie, yaitu pada desain kapal. Selain itu juga ada Megamouth salah satu spesies hiu langka di Aussie. Yang menarik sekali lagi mereka mengganti sistem preparasi formaldehid metode preparasi yang labih aman (gambar ketiga dari atas). Lalu pertama kalinya saya liat kapal selam meskipun yang ke-foto cuma buntutnya saja. Sayang sekali saat sampai di Museum ini baterai kamera habis :(, jadilah foto seadanya pake HP.
Satu hal yang paling berkesan di dinding museum ini, seakan-akan saya diajak kembali memandang horizon pantai Drini meskipun kala itu saya sedang di Perth..Alloh tampaknya menempatkan saya tidak jauh-jauh dari laut. Sea always in my hearth.. always.. everywhere I go...

"There is nowhere else I'd rather be nothing else I would prefer to be doing. I am at the beach looking west with the continents behind me as the sun tracks down to the sea. I have my bearings"

Tim Winton







bersambung...