Pages

Wednesday 4 April 2012

Akhir kegamangan

Pagi kelabu

Pagi mendung mengawali hari yang kelabu, kala itu saat ragu dan kegamangan menyergap. Aku hanya mampu menjalani aktivitas penuh keterpaksaan. Kaki ini terasa lebih berat dari biasanya sampai harus diseret paksa pun hati ini gundah gulana tak tentu arah. Ditambah lagi kawan2 sekelas pas kuliah sekarang sudah diterima kerja (selamat kawan-kawan). Yah, sebagai pribadi yang normal jantung ini serasa berdesir tak seperti biasanya, antara bangga dan kepengin juga. Sempat juga kebayang mungkin kaya' mereka yang punya orang "spesial" yang selalu perhatian dan nyemangatin enak juga yah... (setelah tak pikir-pikir, ternyata hal spesial itu bukan solusi tepat coz hanya bersifat sementara).
Namun, pikiran-pikiran ngalor-ngidul itu terpaksa harus terbenam seiring matahari yang mulai terik jam 9. Saatnya pergi ke kampus untuk mengurus banyak hal menuju yudisium. Ini realita kawan, keluhan-keluhan-keluhan.. selalu menyeruak saat jenuh menyapa. Sisi manusiawi saya kadang tak tertahankan. Akhir-akhir ini kawan seangkatan yang masih bisa diajak ngobrol sepertinya tinggal satu aja, adek angkatan mungkin mereka juga belum faham tekanan seperti apa yang kami hadapi. Hmm.. penderitaan bersama adalah semen perekat persahabatan demikian kata Anwar Fuadi. Yah, benar kadang saat kegamangan terlalu kuat tinggal kawan saya satu itu yang mungkin bener-bener faham betul apa yang berkecamuk di otak ini. Terimakasih kawan :D
Hari ini saat kegamangan itu benar-benar tak tertahankan, sedikit terobati dengan berkunjung ke palung, sambutan akrab anak-anak ksk duduk melingkar semua menyatu tak seperti biasanya yang saling mengelompok sesuai angkatan, hangat ^^d. Kali ini kerasa banget nyatunya, tapi maaf saudara-saudariku aku tak bisa tertawa lepas karena mungkin sedikit sakit jiwa.

Maskam UGM

Kala kegamangan ini tak juga reda aku pergi ke tempat teradem dan ternyaman di UGM.. "Maskam". Meskipun tak jua yakin, lagi pula belum sholat ashar. Selesai sholat tinggalah manusia gamang dengan pose mepet di tiang masjid yang adem ini. Sambil melihat tulisan arab gundul di atas tempat sholat imam. Yang aku sendiri tak yakin bagaimana cara bacanya. Sambil sesekali melihat arsitektur hexagram maskam di ujung atap, dengan aksesoris lampu indah bentuk lingkaran itu. Satu momen saat dimana aku merasa lebih tenang dari sebelumnya. Sontak secara spontan akhirnya aku menyuarakan segala kegamangan ini pada Nya.  Kebetulan minggu ini baru baca "Negeri 5 Menara" novel kolosal yang sarat pendidikan moral. Tiba2  teringat dua potong kalimat di dalamnya:

“Resep lainnya adalah tidak pernah mengizinkan diri kalian dipengaruhi oleh unsur di luar diri kalian. oleh siapa pun, apa pun, dan suasana bagaimana pun. artinya, jangan mau sedih, marah, kecewa, dan takut karena ada faktor luar. kalianlah yang berkuasa terhadap diri kalian sendiri, jangan serahkan kekuasaan kepada orang lain. orang boleh menodong senapan, tapi kalian punya pilihan, untuk takut ataupun tetap tegar. kalian punya pilihan di lapisan diri kalian yang paling dalam, dan itu tidak ada hubungannya dengan pengaruh luar.”
“Jadi, pilihlah suasana hati kalian, dalam situasi paling kacau sekalipun. karena kalianlah master dan penguasa hati kalian. dan hati selalu bisa di kuasai pemiliknya adalah hati orang yang sukses.”

lalu kata-kata ini mendesak tak mau kalah:

"Mandirilah maka kamu akan jadi orang merdeka dan maju. I'timad 'ala nafsi, bergantung pada diri sendiri, jangan dengan orang lain. Cukuplah bantuan Tuhan yang menjadi anutanmu. 
Fuadi, Ahmad, Negeri 5 Menara

Akhirnya kegamangan ini menguap, menyisakan setetes ekstrak yang kental, yaitu saripati "masih ada harapan!". Semoga kegamangan ini adalah proses "maserasi" pribadi untuk menentukan arah selanjutnya. Teringat genggaman tangan setelah pendadaran saat itu dalam hati aku teriakkan dengan lantang (Man jadda wa jadda) siapa yang bersungguh-sungguh dia pasti akan mendapatkan hasil. Berusaha keras, berdoa keras diatas yang orang lain lakukan, aku menjadi sadar diri. Kembali teringat moto hidupku sendiri... start from zero, and still to be a zero. So what you are fear for bn!

0 comments: