Pages

Wednesday 8 August 2012

Jawaban dari Jepara #jobseeker 4

Tepat hari minggu kemarin dapet sms untuk segera ke Jepara buat wawancara kerja, disana tertulis pukul 11.00 masuk ke Hp. "Dimohon untuk datang ke pusat budidaya pukul 11.00 hari senin" oke langsung deh berburu tiket buat berangkat ke Jepara. Pas dapet tiket buat berangkat jam 21.00. Sebuah perjalanan yang sungguh memberikan banyak hikmah tentang kesederhanaan masyarakat Indonesia dan melalui perjalanan ini pula saya menemukan jawaban yang saya cari selama ini.
Perjalanan dimulai saat tiba di Terminal Terboyo, tepat sekitar pukul 12.00 lebih. Jelas tidak ada angkutan sama sekali. Untung ada satu bus mini yang menuju ke Demak. Jelas bus itu adalah penyelamat dari pada harus tidur di terminal. Akhirnya tepat pukul 01.00 sampai di Demak. Disana sudah siap angkutan Colt ukuran medium yang siap membawa saya ke Jepara. Tetapi ada yang beda, mobil ini sungguh sarat muatan dari atap hingga bagian dalam penuh oleh barang dagangan simbok-simbok pasar. Mulai dari sayuran, buah-buahan dan berbagai dagangan khas pasar. Saya benar-benar menjadi saksi perjuangan hidup simbok-simbok ini. Di tengah perjalanan ada seorang simbok yang membawa dagangan jambu air ke Jepara. Tidak tanggung-tanggung ia membawa 30an kardus (ukuran kardus supermie) yang berisi jambu air. Dari dalam saya sempat berpikir, wah ga mungkin cukup neh. Tapi bim slabim 30 kardus berhasil dimasukkan ke dalam colt dengan sukses oleh pak kernet. Wal hasil semua penumpang harus berjibaku untuk suk-sukan. Biasanya kondisi seperti ini kondisi jadi tidak kondusif dan bikin emosi.
Tapi tidak sodara-sodara para simbok-simbok terlihat enjoy. Tak tampak sedikitpun raut cemberut yang ada hanya tawa bahagia. Apalagi simbok yang membawa dagangan jambu air tadi, dengan senang hati membagikan jambu air ke semua penumpang. Tentu saja saya juga ikut menikmati lumayan buat ganjal perut gara-gara terburu-buru dari rumah belum makan malam je. Sambil menikmati jambu air saya iseng bertanya berapa keuntungan untuk satu kardus jambu itu. Dengan lugas si simbok menjawab tiap kardus untung sekitar Rp.1500. Ajaibnya pekerjaan ini menjadi tumpuan hidup si simbok dan dijalaninya setiap hari (kalo musim jambu tentunya). Secara logika kalo kita hanya mikir "Duit" ga bakalan ketemu rumusnya 1500X30=750000 belum dikurangi ongkos colt. Sungguh aneh si simbok menjalani profesinya dengan senang hati, dan masih bisa survive dan bisa makan tuh tiap hari. Mungkin ini bukti kebsaran Alloh soal rejeki bagi tiap manusia. Mengingat beberapa teman saya sekampus selalu ngompori soal gaji yang gede, keuntungan berlimpah dan nananana. Di sudut utara pulau jawa ini saya menemukan bahwa hidupmu bukanlah hanya tentang uang yang kau hasilkan. Ada keikhlasan, kesabaran dan yang terpenting keyakinan untuk bertahan hidup. Kalo udah punya uang buanyak uang itu punya siapa? setiap saat bisa hilang berow. Thanks simbok pasar, teruslah berjuang menapaki hidup di dini hari saat orang-orang masih terlelap. 

Kayak gini angkutannya...
Lanjut ke perjalanan menuju jepara, akhirnya sampai juga di Terminal Jepara. Sekitar jam 3.30 tentu tak lupa mencari santapan buat sahur. Sebuah warung gerobak sederhana, menyajikan semangkuk soto yang mak nyus tenan. Ditambah lagi keramahan warga yang memberikan banyak informasi tentang ala transportasi menuju Teluk awur lokasi tujuan saya. Saya sempat ketemu tukang ojek yang agak memaksa untuk memberikan tumpangan. Edan wae ongkos sebesar Rp.45.000 harus dikeluarkan. Sedikit tips bagi para pelancong yang datang ke jepara, jangan buru-buru memilih angkutan dan jangan termakan saran para tukang ojek. Pokoknya jagalah image seakan anda butuh tapi tidak terlalu butuh (angel tho, haha) sampai anda mendapatkan penawaran terbaik. Yup, akhirnya dapat tukang ojek yang baik hati cukup Rp.15.000 plus dicarikan informasi travel ke Jogja untuk pulang. Oh iya waspadalah kalo anda masuk ke toilet, biasanya ga ada kunci pintunya. Yang lebih parah kadang toilet malah ga ada pintunya gan, hahaha. Waspadalah-waspadalah.
Akhirnya touchdown teluk awur jepara pukul 06.00 pagi, wawancara jam 11.00. Setelah ngobrol panjang lebar dengan pak satpam penjaga pusat budidaya, saya juga sempat beristirahat di Masjid di dekat lokasi. Akhirnya tibalah jam 11.00. Tes dimulai degan wawancara dengan kepala pusat budidaya, berbagai pertanyaan dilontarkan. Saya melihat bahwa ada ujian mental, skill dan pengetahuan disana. Dalam lowongan yang ditawarkan jelas dibutuhkan orang yang berkompeten di Mikrobiologi, saya sudah meyakinkan bahwa saya akan belajar mikro tapi sepertinya itu kurang. Setelah itu diberi test psikologi 1, dimana saya disuruh membuat tiga gambar. Yaitu gambar barang yang paling menggambarkan saya, gambar rumah dan pohon berkambium. Untuk gambar barang yang mencerminkan saya, saya menggambar orang nyelam. Pendapat saya kenapa gambar orang nyelam? dengan PD saya jawab karena kita harus bisa menyelami apa yang kita pilih, demikian juga pekerjaan. Dengan mengetahui secara mendalam maka kita akan dapat bekerja dengan sepenuh hati. Entah apa yang dipikirkan pewawancara, pokokmen ngono lah jawabanku. Untuk gambar rumah dan pohon seperti beberapa referensi yang saya baca pokoknya gambar semua bagian secara lengkap. Kalau pohon ya ada daun, batang, akar dan buah. Tapi karena saya kurang puas maka saya tambahkan sarang burung dan burung disana, mengingat peran pohon untuk ekosistem. Mungkin pewawancara tertawa di dalam hati, haha. Selanjutnya wawancara dengan Manager pusat budidaya, sama seperti wawancara dengan Kepala pusat budidaya saya berusaha meyakinkan bahwa saya akan belajar mikro secara lebih mendalam. Oh iya semua wawancara pasti menanyakan "Ada yang ingin ditanyakan?" sebagian orang menjawab tidak. Di wawancara pertama saya tidak menanyakan apa-apa ini sangat buruk, ini menunjukkan anda tidak bersungguh-sungguh. Di wawancara kedua saya menanyakan banyak hal. Selain untuk meyakinkan pewawancara, kita bisa membaca dan menilai kelebihan dan kekurangan perusahaan yang kita lamar. Kalau diterima ya ingat baiknya kalo enggak ya inget kekurangannya biar ga terlalu gelo (kecewa).

Dari jepara ini saya punya pertanyaan pribadi pada diri saya sendiri:
Tujuan mu kuliah apa? jawab: Mencari ilmu
Tujuan mu cari ilmu apa? jawab: Biar dapet kerja
Tujuan mu kerja apa? jawab: biar bisa nikah
Tujuan mu nikah apa? jawab: biar bahagia menjalani hidup
Tujuan mu bahagia menjalani hidup apa? wes mulai angel iki..  

Jawaban ini sulit bagi saya, sebenarnya jawabannya simpel. Apapun tujuan hidup kita adalah untuk mendapatkan Ridho Alloh SWT. Jadi ingat pesan Bapak saya, Apapun usaha yang kamu lakukan, apapun cita-citamu bapak ga bisa bantu apa-apa, Kuncinya satu Sholat malam. Jegleeeeeeeer... sepertinya hingga wawancara ke 3 ini saya terlalu sibuk untuk mencari dan mencari. Saya lupa di setiap usaha selalu terselip ridho Alloh, kunci mendapatkan ridho itu adalah meminta pada-Nya. 
Mulai saat itu saya mencoba meyakinkan diri bahwa Alloh telah menjamin rejeki tiap manusia (Mengingat perjuangan si Simbok penjual jambu) dan tentu saja saya kembali mengingat pesan Ayah saya tenang keutamaan ridho Alloh di setiap usaha.
Sebuah penemuan spiritual bagi saya pribadi ternyata Alloh itu ada dimana-mana masbro, tidak salah pesan Ibu Siti Mulyani Guru Bahasa Indonesia kala SMA, saya selalu tertarik mendengar cerita beliau. "Ayat-ayat Alloh itu bertebaran di seluruh muka bumi".
Pada akhirnya saya ga terlalu mempersoalkan keterima atau enggak, apapun itu itulah yang terbaik setelah kita berusaha secara optimal tentunya.

Terimakasih Kota Kartini, dan sampai jumpa...
Ditutup dengan lagu ini di perjalanan pulang.........

0 comments: